Saturday, July 10, 2010

Sahabat

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak: ada
CINTA, KEKAYAAN, KECANTIKAN, KESEDIHAN, KEGEMBIRAAN dan sebagainya.


Awalnya mereka hidup berdampingan dengan baik dan saling melengkapi. Namun suatu
ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik
semakin tinggi dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau
cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.


CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu.
Ia berdiri di tepi pantai mencuba mencari pertolongan. Sementara itu air makin
naik membasahi kaki CINTA. Tak lama CINTA melihat KEKAYAAN sedang mengayuh
perahu.


"KEKAYAAN! KEKAYAAN! Tolong saya!" teriak CINTA.


Lalu apa jawab KEKAYAAN, "Aduh! Maaf, CINTA!" Perkataan KEKAYAAN.


"Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Saya tak dapat membawamu serta,
nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku
ini. "Lalu KEKAYAAN cepat-cepat mengayuh perahunya pergi meninggalkan CINTA
tenggelam.


CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya KEGEMBIRAAN lewat dengan
perahunya.


"KEGEMBIRAAN! Tolong saya!", Teriak CINTA.


Namun apa yang terjadi, KEGEMBIRAAN terlalu gembira kerana ia menemukan perahu
sehingga ia tuli tak mendengar teriakan CINTA. Air makin tinggi membasahi CINTA
sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik. Tak lama lewatlah KECANTIKAN.


"KECANTIKAN! Bawalah saya bersamamu!", Teriak CINTA.


Lalu apa jawab KECANTIKAN, "Wah, CINTA, kamu basah dan kotor. Saya tak boleh
membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini. "Sahut KECANTIKAN.


CINTA sedih sekali mendengarnya. CINTA mulai menangis terisak-isak. Apa
kesalahanku, mengapa semua orang melupakan saya. Saat itu lewatlah KESEDIHAN.
Lalu CINTA memelas, "Oh, KESEDIHAN, bawalah saya bersamamu", kata CINTA.


Lalu apa kata KESEDIHAN, "Maaf, CINTA. Saya sedang sedih dan saya ingin
sendirian saja ...", kata KESEDIHAN sambil terus mengayuh perahunya.


CINTA putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. CINTA
terus berharap kalau dirinya dapat diselamatlkan. Lalu ia berdoa kepada
Tuhannya, oh tuhan tolonglah saya, apa jadinya dunia tanpa saya, tanpa CINTA?
Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "CINTA! Mari cepat naik ke
perahuku! "


CINTA menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua reyot berjanggut putih
panjang sedang mengayuh perahunya. Lalu Cepat-cepat CINTA naik ke perahu itu,
tepat sebelum air menenggelamkannya. Kemudian di pulau terdekat, orang tua itu
menurunkan CINTA dan segera pergi lagi


Pada saat itu barulah CINTA sedar, bahawa ia sama sekali tidak mengetahui siapa
orang tua yang baik hati menyelamatkannya itu. CINTA segera menanyakannya kepada
seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.


"Oh, orang tua tadi? Dia adalah" WAKTU ", kata orang itu.


Lalu CINTA bertanya "Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Saya tak mengenalnya.
Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku ", tanya CINTA heran.


"Sebab", kata orang itu, "hanya WAKTU lah yang tahu berapa nilainya harga sebuah
CINTA itu ......"

2 comments:

azriezea abadi said...

clap...clap...clap... suka..suka..suka dgn crita ni... menyentuh hati ..

azriezea abadi said...
This comment has been removed by the author.